Model Pembelajaran Problem Terbuka Open Ended (OE)

Standar
Problem Open Ended adalah pembelajaran pendekatan terbuka yang memberikan kebebasan individu untuk mengembangkan berbagai cara dan strategi pemecahan masalah sesuai dengan kemampuan masing-masing
peserta didik (dalam Suherman, 2003:124).
Pembelajaran berbasis problem open ended memberikan ruang yang cukup bagi peserta didik untuk mengeksplorasi permasalahan sesuai kemampuan, bakat, dan minatnya, sehingga peserta didik yang memiliki kemampuan yang lebih tinggi dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan matematika, dan peserta didik dengan kemampuan lebih rendah masih dapat menikmati kegiatan matematika sesuai dengan kemampuannya.
Shimada (dalam Suherman, 2003:124), menyatakan bahwa dalam pembelajaran matematika, rangkaian dari pengetahuan, keterampilan, konsep, prinsip, atau aturan diberikan kepada peserta didik biasanya melalui
langkah demi langkah. Langkah-langkah pembelajaran matematika dengan pendekatan problem open ended adalah sebagai berikut :
  • Pendekatan problem open ended dimulai dengan memberikan problem terbuka kepada peserta didik, problem tersebut diperkirakan mampu diselesaikan peserta didik dengan banyak cara dan mungkin juga banyak jawaban sehingga memacu potensi intelektual dan pengalaman peserta didik dalam proses menemukan pengetahuan yang baru.
  • Peserta didik melakukan beragam aktivitas untuk menjawab problem yang diberikan.
  • Berikan waktu yang cukup kepada peserta didik untuk mengeksplorasi problem.
  • Peserta didik membuat rangkuman dari proses penemuan yang mereka lakukan.
  • Diskusi kelas mengenai strategi dan pemecahan dari problem serta penyimpulan dengan bimbingan guru.
Tujuan dari pembelajaran open ended menurut Nohda (dalam Suherman, 2003:124) ialah untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematik peserta didik melalui problem solving secara simultan. Dengan kata lain kegiatan kreatif dan pola pikir matematis peserta didik harus dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan setiap peserta didik agar aktivitas kelas yang penuh ide-ide matematika memacu kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik.
Pokok pikiran pembelajaran dengan open ended yaitu pembelajaran yang membangun kegiatan interaktif antara matematika dan peserta didik sehingga mengundang peserta didik untuk menjawab permasalahan melalui berbagai strategi. Kegiatan matematika dan kegiatan peserta didik disebut terbuka jika memenuhi ketiga aspek berikut.
a. Kegiatan peserta didik harus terbuka.
Yang dimaksud kegiatan peserta didik harus terbuka adalah kegiatanpembelajaran harus mengakomodasi kesempatan peserta didik untukmelakukan segala sesuatu secara bebas sesuai kehendak mereka.
b. Kegiatan matematika adalah ragam berpikir.
Kegiatan matematika adalah kegiatan yang di dalamnya terjadi proses pengabstraksian dari pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari ke dalam dunia matematika atau sebaliknya.
c. Kegiatan peserta didik dan kegiatan matematika merupakan satu kesatuan.
Kegiatan peserta didik dan kegiatan matematika dikatakan terbuka secara simultan dalam pembelajaran, jika kebutuhan dan berpikir matematika peserta didik diperhatikan guru melalui kegiatan-kegiatan matematika yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan lainnya.
Pembelajaran dengan pendekatan problem open ended memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulan dan kelemahan tersebut adalah sebagai berikut.
a. Keunggulan dari pendekatan problem open ended antara lain sebagai berikut.
  1. Peserta didik berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan lebih sering mengekspresikan ide.
  2. Peserta didik memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan matematik secara komprehensif.
  3. Peserta didik dengan kemampuan matematik rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri.
  4. Peserta didik secara instrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan.
  5. Peserta didik memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.

 

b. Kelemahan dari pendekatan problem open ended antara lain sebagai berikut.
  1. Membuat dan menyiapkan masalah matematika yang bermakna bagi peserta didik bukanlah pekerjaan mudah.
  2. Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami peserta didik sangat sulit sehingga banyak peserta didik yang mengalami kesulitan bagaimana merespon permasalahan yang diberikan.
  3. Peserta didik dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka.
  4. Mungkin ada sebagian peserta didik yang merasa kegiatan belajar mereka tidak menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi.